Oleh : Mujiyanto
Al itsar atau mengutamakan orang lain adalah tindakan yang disunahkan oleh Rasulullah SAW. Perilaku ini merupakan wujud persaudaraan sejati sesama Muslim. Itsar memiliki nilai yang mulia di sisi Allah.
Suatu ketika ada seorang laki-laki datang kepada Rasulullah SAW. Ia bermaksud meminta bantuan kepada Nabi karena sedang dalam kesusahan. Rasulullah kemudian menyuruh laki-laki itu untuk menemui salah satu istrinya. Maka istri Rasul berkata, “Demi Allah yang telah mengutusmu dengan hak, aku tidak mempunyai apapun kecuali air.” Mendengar itu, Rasul menyuruh laki-laki itu kepada istri beliau yang lain. Ternyata, hasilnya sama. Istri Rasulullah hanya punya air.
Rasul kemudian bersabda di hadapan para sahabat, “Siapa yang mau menjamu tamu pada malam ini?” Seorang laki-laki dari kaum Anshar menyanggupinya. “Aku, ya Rasul.” Orang Anshar ini lalu membawa laki-laki tersebut ke rumahnya.
Sesampai di rumah ia berkata kepada istrinya, “Wahai istriku, muliakanlah tamu Rasulullah ini. Apakah engkau punya sesuatu?” Istrinya menjawab, “Tidak, kecuali makanan anak-anak kita.”
Mendengar jawaban istrinya, orang Anshar ini tidak lantas mengusir sang tamu. Ia berpesan kepada istrinya, “Hiburlah mereka (anak-anaknya). Jika mereka mau makan malam maka tidurkanlah. Jika tamu kita sudah masuk, matikanlah lampu dan perlihatkan kepadanya seolah-olah kita sedang makan.”
Tamu itu pun datang. Mereka semua duduk. Tamu itu pun makan dalam keadaan gelap. Orang Anshar dan istrinya menemani sang tamu, seolah-olah sedang makan pula. Akhirnya sahabat Anshar dan istrinya itu tidur dalam keadaan lapar.
Ketika waktu Subuh, sahabat Anshar ini menemui Rasulullah SAW dan menceritakan perbuatannya. Nabi pun berkata, “Allah sungguh takjub karena perbuatan engkau bersama istrimu tadi malam pada saat menjamu tamu.” (Mutafaq alaih)
Alangkah indah jika karakter itsar muncul sekarang. Apalagi banyak anggota masyarakat yang mengalami kesusahan hidup. Itsar mendorong kita untuk mau menekan ego dan mengorbankan kepentingan pribadi demi orang lain.
Memang tidak bisa dimungkiri, kini justru karakter mementingkan diri sendiri yang mendominasi kehidupan kita. Namun, bukan berarti itsar tidak bisa kita lakukan. “… Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya….” (QS Saba [34]: 39).
***
Sumber: Dari Sahabat, Republika.co.id